PembangkitListrik Tenaga Bayu / Angin (PLTB) Berdasarkan data IEA Clean Coal Center (sampai Mei 2012) menunjukkan bahwa jumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) didunia telah mencapai 2300 unit (7000 unit individu). Data ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa konsumsi energi fosil dalam pemenuhan energi listrik sangat besar. Terdapat2 sistem pada PLTS Solar Home Off Grid : AC Couping dan DC Coupling. Perbedaan cara kerja kedua sistem coupling tersebut ada pada interkoneksi antara sistem panel surya dan sistem baterai. Pada sistem DC Coupling, output solar charger terkoneksi dengan input dari battery inverter (sisi DC), sementara pada sistem AC Coupling, output solar inverter terkoneksi dengan output battery inverter (sisi AC). JurnalRiset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DI PULAU SAUGI Hasnawiya Hasan Jurusan Teknik Perkapalan - Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, Sulsel 90245 Telp. 0411-585637, e-mail: hasna_hasan@ Pembangkitlistrik tenaga surya tersebar atau sistem penerangan individu merupakan sistem pencahayaan listrik sederhana yang dibuat menggunakan modul surya. Tegangan kerja yang dibutuhkannya hanya sebesar 12 Volt dengan arus searah. Modul surya yang digunakan mampu menghasilkan daya listrik dalam rentang 50 Wp sampai 300 Wp. Vay Tiền Nhanh Ggads. Prinsip Kerja PLTS Off-Grid - 2 Bagaimana prinsip kerja PLTS off-grid? Sistem ini cocok untuk daerah yang belum mempunyai akses jaringan listrik PLN. Berikut ini ulasannya! Apa Itu PLTS Off-Grid? Sistem Off-Grid adalah sistem PLTS yang dapat menyimpan energi surya dalam baterai ketika jaringan listrik padam. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sistem off-grid ini cocok untuk daerah yang belum ada akses jaringan listrik PLN. Namun, Sistem Off-Grid terkadang tidak dapat memenuhi kebutuhan beban listrik seutuhnya karena biaya dan volume baterai bisa menjadi sangat tinggi. Kemudian, Sistem Off-Grid memerlukan instalasi yang rumit jika kita bandingkan dengan sistem on-grid. Komponen PLTS Off-Grid Komponen utama sistem off-grid antara lain1. Panel surya 2. Charge controller 3. Inverter. Ketahui jenis inverter dan fungsinya. 4. Baterai Untuk inverter yang digunakan pada sistem off-grid berbeda dengan sistem on-grid. Pada sistem off-grid inverter yang dipakai adalah inverter dengan kemampuan bi-directional sehingga mampu mengisi baterai dan mengambil listrik dari baterai untuk dipakai ke beban. Selain itu, komponen baterai ini membutuhkan perawatan dan penggantian secara berkala. Panel surya menangkap sinar matahari dan mengirimkan daya listrik DC yang dihasilkan ke regulator yang mengatur pengisian bank baterai. Selanjutnya bank baterai menyimpan listrik DC. Kemudian, inverter menarik daya dari bank baterai mengubah mengubahnya menjadi listrik AC untuk diteruskan ke panel distribusi. Untuk pengaturan array panel surya dan jumlah baterai yang dibutuhkan cukup kompleks pada sistem off-grid. Dalam mendesain sistem ini membutuhkan detail analisis dari kebutuhan listrik. Kemudian, dibutuhkan pengabelan ulang pada panel listrik utama dalam bangunan untuk mengisolasi beban kritikal agar hanya bagian tersebut yang mendapatkan listrik ketika terjadi pemadaman listrik PLN. Sedangkan, beban tidak kritikal misalnya TV, AC tidak mendapatkan listrik saat pemadaman listirk PLN. Selain itu, instalasi PLTS off-grid ini lebih kompleks jika kita bandingkan dengan on-grid karena terdapat komponen off-grid yang berbahaya, di antaranya baterai dengan arus tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan khusus untuk menanganinya. ketahui perbedaan PLTS on grid dan off grid serta hybrid system. Kelebihan PLTS Off-Grid Kelebihan PLTS Off-grid antara lain” Tidak ada tagihan listrik Anda tidak perlu lagi membayar tagihan listrik bulanan karena listrik yang didapat dari panel surya, bukan lagi dari PLN. Tidak ada pemadaman listrik Anda yang bisa tergantung dengan pasokan listrik PLN, kini dengan menggunakan PLTS off-grid, Anda tetap bisa menggunakan peralatan listrik karena pasokan listrik dari panel surya. Mandiri Anda tidak membutukan pasokan listrik dari PLN karena telah beralih ke sistem PLTS. Pasokan listrik wilayah terpencil Sistem ini cocok untuk daerah terpencil atau yang tidak bisa dijangkau oleh jaringan listrik PLN. Tersedia beberapa produk Beberapa produk Sistem Off-Grid antara lain Solar Home System SHM, Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya PJUTS dan PLTS komunal untuk sistem berskala besar. Kekurangan PLTS Off-Grid Berikut ini kekurangan PLTS off-grid Komponen cukup mahalMemerlukan perawatan dan penggantian secara instalasi off-grid lebih tinggi dibandingkan PLTS on-grid, bahkan 2 sampai 3 kali penyimpanan terbatas. Jika cuaca mendung selama beberapa hari, bisa mengakibatkan cadangan listrik di baterai menipis dan bisa kehabisan punya cadangan listrik. Apabila pada komponen PLTS ada kerusakan, maka tidak ada pasokan listrik. Itulah ulasan mengenai Prinsip Kerja PLTS Off-Grid. Air Glubi Village which is one of the villages in the Bintan Pesisir sub-district, Bintan Regency, Riau Islands province, is one of the villages that is one of the outer islands of Indonesia which still has no electricity, and is difficult to reach by PLN. In this village, there is no water source available for PLTMH, so the alternative for electricity supply in Air Glubi Village is a centralized PLTS. This paper discusses the planning of centralized PLTS in Air Glubi Village, Bintan Pesisir sub-district, Riau Islands province. Because the availability of land, the economic capacity of the population is limited, optimization is needed. This optimization is used to get the optimum electrical energy output with these various limitations. From primary data, electricity demand in the village is 62492 Wh per day. The optimization resulted in a centralized PLTS design with an off grid type with a capacity of 37 kWp. The main component is a solar module made of monocrystalin with a capacity of 200 Wp each, totaling 186 modules. The battery uses VRLA 200 Ah each, totaling 250 batteries. The change of Dc electricity to AC is carried out by utilizing an inverter with a capacity of 10 kW totaling 4 pieces. To build a centralized PLTS in Air Glubi Village need costs Rp 2,983,902,171. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Infotekmesin Juli 2021 p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 DOI 167 Optimasi Perencanaan PLTS Terpusat Di Wilayah Pulau Terluar Tarsisius Kristyadi1*,Teguh Arfianto2 1 Program Studi Teknik Mesin , Institut Teknologi Nasional Bandung 2Program Studi Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional Bandung 1,2Jln. PHH. Mustofa Bandung, Indonesia E-mail kristyadi Info Naskah Naskah masuk 13 Mei 2021 Direvisi 16 Agustus 2021 Diterima 20 Agustus 2021 Desa Air Glubi merupakan salah satu desa di Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu desa yang termasuk pulau terluar Indonesia yang masih belum teraliri listrik dan sulit dijangkau oleh PLN. Desa ini tidak tersedia sumber energi air untuk PLTMH sehingga alternatif penyediaan energi listrik di Desa Air Glubi adalah dengan PLTS terpusat. Makalah ini dibahas perencanaan PLTS terpusat di Desa Air Glubi Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Karena luas lahan yang tersedia dan kemampuan ekonomi penduduk terbatas maka diperlukan optimasi. Optimasi ini digunakan untuk mendapatkan keluaran energi listrik yang optimum dengan berbagai keterbatasan tersebut. Dari data primer kebutuhan listrik di desa Air Glubi adalah 62492 Wh per hari. Dari optimasi dihasilkan desain PLTS terpusat dengan kapasitas 37 kWp. Komponen utama adalah modul surya terbuat dari monocrystalin dengan kapasitas masing-masing 200 Wp berjumlah 186 modul. Baterei menggunakan VRLA masing-masing 200 Ah berjumlah 250 baterei. Perubahan listrik DC menjadi AC dilakukan dengan memanfaatkan inverter dengan kapasitas 10 kW berjumlah 4 buah. Untuk membangun PLTS terpusat di Desa Air Glubi membutuhkan biaya Rp 2,983,902,171. Keywords electrical energy; solar module; monocrystalin. Air Glubi Village which is one of the villages in the Bintan Pesisir sub-district, Bintan Regency, Riau Islands province, is one of the villages that is one of the outer islands of Indonesia which still has no electricity, and is difficult to reach by PLN. In this village, there is no water source available for PLTMH, so the alternative for electricity supply in Air Glubi Village is a centralized PLTS. This paper discusses the planning of centralized PLTS in Air Glubi Village, Bintan Pesisir sub-district, Riau Islands province. Because the availability of land, the economic capacity of the population is limited, optimization is needed. This optimization is used to get the optimum electrical energy output with these various limitations. From primary data, electricity demand in the village is 62492 Wh per day. The optimization resulted in a centralized PLTS design with an off grid type with a capacity of 37 kWp. The main component is a solar module made of monocrystalin with a capacity of 200 Wp each, totaling 186 modules. The battery uses VRLA 200 Ah each, totaling 250 batteries. The change of Dc electricity to AC is carried out by utilizing an inverter with a capacity of 10 kW totaling 4 pieces. To build a centralized PLTS in Air Glubi Village need costs Rp 2,983,902,171. *Penulis korespondensi Tarsisius Kristyadi E-mail kristyadi p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 168 1. Pendahuluan Kebutuhan listrik nasional setiap tahunnya menunjukkan peningkatan seiring dengan laju pembangunan ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk. Dalam sepuluh tahun terakhir 2010- 2020, konsumsi energy final di Indonesia mengalami peningkatan dari 134 juta TOE menjadi 258 juta TOE atau tumbuh rata-rata sebesar 8,5% per tahun. Sejalan dengan meningkatnya konsumsi energi tersebut, maka penyediaan energi primer juga mengalami kenaikan [1]. Karena ketersediaan sumber energi primer yang berasal dari fosil semakin menipis maka dipelukan diversifikasi energi yaitu dengan jalan meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan seperti tenaga surya, biomassa, angin, energi air skala kecil mikrohidro dan panas bumi. Saat ini masih ada sekitar desa yang belum mempunyai akses terhadap energi listrik [1]. Selain itu, karena kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil dan banyak yang terpencil, diperkirakan sekitar desa tidak mungkin atau sangat sulit untuk mendapatkan akses terhadap energi listrik dengan cara perluasan jaringan sistem PLN [1]. Satu-satunya alternatif untuk melistriki desa semacam ini adalah dengan memanfaatkan potensi energi setempat yang ada, khususnya pemanfaatan tenaga surya fotovoltaik dan tenaga air PLTS dan PLTMH [2]. Pemanfaatan tenaga surya untuk pembangkit listrik sudah dijelaskan di beberapa literatur. Perencanaan PLTS terpusat di daerah Jawa Tengah telah dibahas oleh Ramadoni dan Indah [3]. Dalam dalam perencanaan tersebut PLTS disambungkan ke jaringan listrik PLN. Sedangkan di luar negeri seperti di Kenya dan Palestina perencanaan PLTS juga sudah dilakukan oleh beberapa penulis [4],[5] . Di Vietnam pemanfaatan PLTS untuk daerah terpencil juga sudah banyak dilakukan, namun pada daerah tersebut belum optimal [6]. Secara umum pemanfaatan tenaga surya untuk pembangkit listrik bagi negara berkembang sudah dibahas oleh Kamen dan Kirubi [7],[8]. Dari literatur tersebut perencanaan PLTS masih dilakukan secara manual, sehingga hasil energi listrik masih belum optimal. Desa Air Glubi, merupakan salah satu desa di Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu desa yang termasuk pulau terluar Indonesia yang masih belum teraliri listrik, dan sulit dijangkau oleh PLN. Untuk menjangkau daerah ini diperlukan transportasi air dari Pulau Bintan dengan perjalanan kurang lebih 30 menit. Desa ini dihuni oleh 380 jiwa yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Di desa ini tidak tersedia sumber energi air untuk PLTMH, sehingga alternative penyediaan energi listrik di Desa Air Glubi adalah dengan PLTS terpusat [9]. Diperlukan suatu perencanaan yang baik dari sisi kelayakan lokasi, seperti luasan dan topografi lahan yang tersedia maupun desainnya termasuk berapa kapasitas yang dibutuhkan, agar PLTS dapat memenuhi kebutuhan listrik warga Desa Air Glubi. Perencanaan PLTS terpusat dengan cara optimasi telah dilakukan oleh banyak penulis [10],[11],[12],[13]. Namun dari literatur tersebut pengaruh kondisi lingkungan terutama pengaruh bayangan shading belum diperhitungkan. Optimasi dilakukan hanya pada penentuan sudut kemiringan panel surya. Pada makalah ini dibahas perencanaan PLTS terpusat di Desa Air Glubi kecamatan Bintan Pesisir provinsi Kepulauan Riau. Karena luas lahan yang tersedia, kemampuan ekonomi penduduk terbatas maka diperlukan optimasi. Optimasi ini digunakan untuk mendapatkan keluaran energi listrik yang optimum dengan berbagai keterbatasan tersebut [13]. Pengaruh shading diperhitungkan dalam menentukan besarnya energi yang dihasilkan PLTS sepanjang hari. Optimasi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak PVsyst [14]. Perencanaan PLTS dengan PVsyst telah dilakukan salah satunya oleh Snidvongs Suravut di Thailand dan menghasilkan rancangan yang teliti [15]. 2. Metode Perencanaan PLTS terpusat Desa Air Glubi Kecamatan Bintan Pesisir ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu pemilihan lokasi dan penentuan kebutuhan listrik dilakukan dengan survei data primer, pengukuran intensitas sinar matahari di lokasi, pemodelan system dan optimasi PLTS, penentuan spesifikasi teknis komponen PLTS dan perencanaan struktur PLTS serta perhitungan biaya. Diagram alir tahapan penelitian digambarkan pada Gambar 1. MulaiPemilihan LokasiSurvei Data kebutuhan listrikPengukuran Intensitas sinar matahariPemodelan systemOptimasiHasil optimasi sesuai kebutuhan ?TidakSpesifikasi PLTSMenghitung RABSelesaiGambar 1. Diagram alir penelitian Pemilihan lokasi rencana pembangunan PLTS di Desa Air Glubi berdasarkan beberapa kriteria yaitu topografi lahan, kepemilikan lahan, fungsi lahan saat ini dan jarak calon lokasi dengan penduduk. Topografi lahan berkaitan dengan aspek biaya untuk meratakan lahan, sehingga lahan datar cenderung dipilih. Lahan diutamakan milik kas desa atau p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 169 warga yang kepemilikannya jelas dan peruntukan bukan merupakan lahan produktif sehingga pembebasan lahan tidak terkendala. Selain itu jarak calon lokasi dengan penduduk diutamakan yang sedekat mungkin sehingga jaringan distribusi listrik ke masyarakat tidak terlalu jauh [16]. Penentuan kebutuhan listrik dilakukan dengan survei data primer yaitu dengan dilakukan perhitungan langsung terhadap penduduk di Desa Air Glubi. Pengukuran intensitas sinar matahari di lokasi dilakukan selama 2 hari dan setiap hari pengukuran dilakukan mulai pukul sampai Waktu pengukuran ini belum dapat mewakili intensitas matahari di lokasi. Data-data hasil pengukuran hanya untuk mengkonfirmasi data-data sekunder yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG terdekat. Perhitungan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari data BMKG Bandara Raja Fisabillilah Bintan. 3. Hasil dan Pembahasan Lokasi Berdasarkan kriteria tersebut di atas maka lokasi PLTS desa Air Glubi berada di koordinat X = Y = Lokasi tersebut berada di tepi laut, dengan kontur datar, merupakan lahan milik desa yang saat ini kondisinya merupakan lahan semak belukar. Jarak dari rumah penduduk terdekat 50 m dan terjauh 600 m. Sehingga berdasarkan kriteria yang ditetapkan, lokasi tersebut cocok untuk lokasi PLTS terpusat. Lokasi rencana PLTS di Desa Air Glubi Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau ditunjukkan pada Gambar 2. Sedangkan lokasi detail detunjukkan pada Gambar 3. Gambar 2. Peta lokasi Desa Air Glubi Gambar 3. Lokasi Rencana PLTS Desa Air Glubi Tabel 1. Rata-Rata Data Hasil Pengukuran Intensitas Matahari, Kecepatan Angin dan Temperatur Perhitungan Kebutuhan Energi Listrik Penentuan kebutuhan listrik dilakukan dengan survei data primer. Berdasarkan survei yang dilakukan pada bulan Oktober 2019, jumlah penduduk Desa Air Glubi adalah 380 jiwa yang menempati 100 rumah tinggal dan 3 buah fasum dan fasos yaitu kantor desa, ruang pertemuan desa dan rumah ibadah. Selain itu kebutuhan listrik juga digunakan untuk penerangan jalan umum PJU berjumlah 37 buah penerangan jalan umum. Perhitungan kebutuhan energi listrik untuk rumah tangga dihitung berdasarkan kriteria bahwa setiap rumah membutuhkan 300 Watt-hour per hari Wh/hari yang digunakan untuk untuk penerangan, elektronik dan kebutuhan lain. Untuk fasum dan fasos membutuhkan energi 600 Watt hour per hari Wh/hari untuk penerangan dan elektronik. Sedangkan untuk PJU, setiap PJU membutuhkan energi listrik sebesar 50 Watt hour per hari Wh/hari [16]. Sehingga kebutuhan energi listrik adalah 30000 Wh/hari untuk rumah, 1800 Wh/hari untuk fasum dan 1850 Wh/hari untuk PJU. Rata-rata intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan temperature udara selama 2 hari tanggal 5 dan 6 Oktober 2019. Hasil pengukuran ditunjukkan pada Tabel 1. p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 170 Perhitungan Kapasitas a Perhitungan Energi yang diperlukan Untuk perhitungan kapasitas, hal yang paling utama yang paling berpengaruh adalah kebutuhan listrik untuk rumah tangga dan fasilitas umum. Pehitungan kapasitas dilakukan dengan prosedur mengikuti standar yang ditetapkan oleh kementrian ESDM, sebagai berikut [16] 1 Penentuan efisiensi Inverter A1, dimana berdasarkan kondisi di pasaran efisiensi inverter yang wajar adalah A1 = 0,95 2 Tegangan sistem baterai A2, dipilih dengan system A2 = 48 volt 3 Tegangan keluaran inverter A3, sesuai dengan standar PLN ditentukan sebesar A3 =230 Volt Berdasarkan data beban di lapangan yang diperoleh saat survei, jumlah rumah adaah 100 buah, fasum 3 buah dan PJU 37 buah. Kemudian dilakukan perhitungan jenis beban dan energi yang dibutuhkan seperti Tabel 2. Berikut. Tabel 2. Perhitungan Kebutuhan Energi Listrik Kuota energi Wh/hari A4 Total kebutuhan energi Wh/hari A5 Jumlah kebutuhan energi AH/hari A6=A5/A b Perhitungan Kapasitas Baterai Untuk mengitung kapasitas bateri maka dilakukan prosedur sebagai berikut 1 Asumsi jumlah hari tanpa sinar matahari B1 yaitu sebesar B1 = 3 hari 2 Depth of Discharge DOD batas pengambilan energi baterei B2 = 3 Kapasitas Baterei B3 dihitung B3 = A6 x B1/B2 = Ah 4 Pemilihan energi baterei B4, sesuai yang ada dipasaran ditentukan B4 = 200 Ah 5 Perhitungan jumlah parallel baterei B5 yaitu B5 =B3/B4 = 25 paralel pembulatan 6 Perhitungan jumlah baterei diseri B6 yaitu B6=A3/A2 = 10 seri pembulatan 7 Perhitungan jumlah total baterei B7 yaitu B7 =B5 x B6 = 250 baterei 8 Perhitungan total kapasitas ampere jam B8 dihitung berdasarkan B8 =B5 x B4 =5000 Ah. 9 Perhitungan total energi baterei B9 yaitu B9 =B8 x A2 /1000 = 240 kWh. Optimasi Perhitungan Kapasitas Modul Surya Untuk perancangan system pembangkit listrik tenaga surya terpusat dilakukan optimasi berdasarkan parameter lahan yang tersedia, kebutuhan listrik, ketersediaan material yang dapat dibawa ke daerah pulau terluar, kemudahan mendapatkan suku cadang dan pemeliharaan. Untuk optimasi berdasarkan lahan yang tersedia dan kebutuhan listrik, maka perencanaan dan optimasi dilakukan dengan perangkat lunak PVsyst. Sedangkan faktor material dan sukucadang serta aspek pemeliharaan dilakukan dengan pemilihan material yang popular saat ini yang sudah banyak digunakan sekitar lokasi. a Pemodelan Sistem PLTS Di lokasi-lokasi terpencil di Kepulauan Riau terutama di Desa Air Glubi belum ada aliran listrik PLN. Oleh karena itu dipilih adalah PLTS terpusat dengan sistem off grid atau stand alone. Off Grid System merupakan sistem pembangkit listrik alternatif untuk daerah-daerah terpencil/pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN. Off Grid System disebut juga Stand-Alone PV system yaitu sistem pembangkit listrik yang hanya mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber energi utama dengan menggunakan rangkaian photovoltaic untuk menghasilkan energi listrik sesuai dengan kebutuhan. Gambar rangkaian atau komponen-komponen utama untuk PLTS terpusat off grid ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Gambar 4. Skema sistem off grid [16] Gambar 5. Skema peralatan PLTS off grid [16] p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 171 b Optimasi Desain Menggunakan Software Software yang digunakan untuk optimasi adalah Pvsys versi Software ini biasa digunakan untuk menganalisa dan optimalisasi desain suatu PLTS. Tahapan pertama dalam optimasi adalah penentuan layout dimana diketahui bahwa luas lahan yang tersedia terbatas. Dari layout yang sudah ditetapkan kemudian dihitung dan dianalisis hasil atau output daya dan energi yang dihasilkan PLTS. Salah satu faktor dalam optimasi ini faktor bayangan shading yang mempengaruhi jumlah energi yang dikeluarkan PLTS. Iterasi dilakukan terhadap Layout dan faktor bayangan sampai dihasilkan energi sesuai kebutuhan. Tahapan optimasi desain ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Pada Gambar 6. ditunjukan input data parameter desain yang terdiri dari data-data klimatologi . Gambar 7 menjelaskan optimasi desain kemiringan modul surya untuk menghasilkan energi yang optimal. Pada Gambar 8. menunjukkan layout PLTS sebagai input awal untuk optimasi. Dari layout tersebut kemudian dilakukan analisa bayangan shading. Gambar 6. Input parameter optimasi Gambar 7. Optimasi kemiringan modul surya Gambar 8. Optimasi layout PLTS Gambar 9. Hasil simulasi shading PLTS Air Glubi pada jam Gambar 10. Hasil simulasi shading PLTS Air Glubi pada jam Gambar 11. Hasil simulasi shading PLTS Air Glubi pada jam p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 172 c Analisa Bayangan shading Pemanfaatan sinar matahari tidak terlepas dari pengaruh bayangan bangunan disekitarnya terhadap modul surya yang akan dipasang. Pada kajian ini pengaruh shading pada bangunan yang ada disekitar lokasi PLTS akan dihitung atau diperhitungkan dalam menganalisa energi yang dihasilkan oleh PLTS menggunakan Pvsys. Adakalanya shading tidak dapat dihindari karena lokasi PLTS sudah ditentukan berdasarkan musyawarah dengan pihak Desa atau atas ketersediaan lahan yang ada. Berikut ini adalah gambaran penyinaran sinar matahari pada modul surya yang rencananya terpasang pada lokasi PLTS. Analisa ini dilakukan dengan pendekatan tidak bisa secara detail karena keterbatasan input pada software PVsys. Hasil dari simulasi shading dapat dilihat pada Gambar 9, Gambar 10 dan Gambar 11. Gambar 12. Hasil Optimasi Energi Keluaran d Hasil Optimasi Menggunakan software Setelah input parameter dimasukkan dalam software dilakukan optimasi layout dan shading, maka dihasilkan keluaran dari software berupa kapasitas modul surya, jumlah modul surya, inverter, baterei dan parameter lain. Hasil optimasi ditunjukkan pada Gambar 12. Optimasi dilakukan dengan variasi sudut kemiringan modul surya dan layout. Dua parameter tersebut mempengaruhi besarnya energi yang dihasilkan modul surya sepanjang hari. Sudut kemiringan yang datar menyebabkan keterserapan sinar matahari sepanjang hari tidak optimal walaupun tidak ada shading antar modul, sedangkan kemiringan yang besar keterserapan sinar matahari semakin baik tetapi ada waktu-waktu tertentu terdapat shading sehingga secara keseluruhan tingkat keterserapan sinar juga berkurang. Secara detail hasil optimasi energi yang dihasilkan oleh PLTS terhadap sudut kemiringan modul surya dapat dilihat pada Gambar 13. Pada gambar tersebut terlihat bahwa dengan kemiringan 9o diperoleh energi yang dihasilkan PLTS tertinggi. Dari hasil simulasi dan optimasi maka spesifikasi teknis dari system PLTS dan ditunjukkan pada Tabel 3. Gambar 13. Energi Yang Dihasilkan Terhadap Sudut Kemiringan Modul Surya Tabel 3. Spesifikasi Sistem PLTS Off Grid dengan baterei dan inverter Luas total area untuk modul Perencanaan struktur penyangga modul surya diawali dengan pemodelan menggunakan software Solidwork diluar lingkup paper ini. Hasil pemodelan kemudian diwujudkan dalam gambar desain seperti Gambar 14. Diagram kelistrikan dengan memperhatikan panduan dari pabrikan dan kebutuhan dilapangan disesuikan dengan denah atau layout pemakai energi listrik di Desa Air Glubi ditunjukkan pada Gambar 15. p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 173 Gambar 14. Struktur penyangga modul surya hasil perancangan Gambar 15. Wiring diagram sistem PLTS hasil perancangan Tabel 4. Rencana Anggaran Biaya Photovoltaic System, by pass Diode & wiring Panel Distribusi dan Power Cabel Bangunan Power House, pagar dan papan nama Pengepakan, pengiriman & assuransi Instalasi PLTS, Uji Terima dan Training Untuk pembangunan PLTS Terpusat di Desa Air Glubi ini diperlukan biaya investasi yang meliputi biaya panel surya, inverter, charger control, biaya pengiriman, biaya konstruksi instalasi dan biaya pendukung. Biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Perhitungan biaya dilakukan berdasarkan informasi dari vendor untuk bahan-bahan yang sifatnya pembelian, sedangkan untuk biaya bangunan sipil dan struktur dihitung berdasarkan analisa harga satuan setempat. 4. Kesimpulan Optimasi desain PLTS terpusat di Desa Air Glubi kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau telah dihasilkan. Dari data primer kebutuhan listrik di desa tersebut adalah 62492 Wh per hari. Dengan kebutuhan tersebut dan dengan memperhatikan lahan yang ada maka dilakukan optimasi layout dan kemiringan modul surya untuk menghasilkan energi listrik yang optimal. Dua faktor tersebut berpengaruh terhadap adanya shading yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah energi matahari yang dikonversi menjadi energi listrik sepanjang hari sepanjang tahun. Dari optimasi dihasilkan bahwa kemiringan 9o merupakan kemiringan yang optimal karena dihasilkan energi listrik sepanjang tahun paling tinggi. Dari optimasi dihasilkan desain PLTS terpusat dengan type off grid dengan kapasitas 37 kWp. Komponen utama adalah modul surya terbuat dari monocrystalin dengan kapasitas masing-masing 200 Wp berjumlah 186 modul. Baterei menggunakan VRLA masing-masing 200 Ah berjumlah 250 baterei. Perubahan listrik Dc menjadi AC dilakukan dengan memanfaatkan inverter dengan kapasitas 10 kW berjumlah 4 buah. Untuk membangun PLTS terpusat di Desa Air Glubi membutuhkan biaya Rp 2,983,902,171. Daftar Pustaka [1] PLN, 2019, Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik 2019-2028. [2] Sinaga L., Hermawan, & Nugroho A., “Optimasi Sistem Pembangkit Listrik Hibrida Tenaga Surya, Angin, Biomassa, Dan Diesel Di Pulau Nyamuk Karimunjawa Jawa Tengah Dengan Menggunakan Perangkat Lunak Homer”, Transient, No. 4, Desember 2015 [3] Ramadoni S., Indah S., “Planning of Hybrid Micro-Hydro and Solar Photovoltaic Systems for Rural Areas of Central Java, Indonesia”, Journal of Electrical and Computer Engineering, 2020 [4] Roche, B., “Design of a solar energy centre for providing lighting and income-generating activities for off-grid rural communities in Kenya”, Renewable Energy, Vol. 118, 2018 [5] Imad Ibrik., “Micro-Grid Solar Photovoltaic Systems for Rural Development and Sustainable Agriculture in Palestine”, Agronomy, vol 10, 2020 [6] Aung Ze Ya Aye Aye Mu., “Design and Analysis of Solar Power System for Sinywa Village in Mandalay Region”, The Fourth National Conference on Science and Engineering, June 2011 [7] D. Kammen & C. Kirubi, “Poverty, Energy, and Resource Use in Developing Countries”, Annals of the New York Academy of Sciences, Vol. 1136, pp. 348-357, 2008. p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 174 [8] Gevorkian, Peter.,”Solar Power System Physics And Technologies”, Alternative Energy Systems in Building Design, The McGraw Hill Companies, 2010. [9] BPS, 2019., Kecamatan Bintan Pesisir Dalam Angka 2019, Biro Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2019. [10] Hakim, "Perancangan Sistem Photovoltaic Untuk Mesin Pembuat Es di Pelabuhan Perikanan Sadeng”. JNTETI, Vol. 5, No. 2, 2018 [11] Nurhadi., “Model Energi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Pulau Giliyang Madura. REM Rekayasa Energi Manufaktur”, Jurnal, Vol. 2, No. 2 81-85, 2017 [12] Subandi., “Pembangkit Listrik Energi Matahari Sebagai Penggerak Pompa Air Dengan Menggunakan Solar Cell”. Jurnal Teknologi Tecnoscentia, Vol. 7, No. 2, 2015 [13] Hasan., “Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Di Pulau Saugi”. Jurnal Riset Teknologi dan Kelautan JRTK, 169-180, 2012 [14] Ridho Winardi B., Nugroho A., 2018., Analisis Potensi Dan Unjuk Kerja Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Plts Di Departemen Teknik Elektro Universitas Diponegoro Menggunakan Software Pvsyst Transient, Vol. 7, No. 4, Desember 2018 [15] Snidvongs suravut., “Large Photovoltaic Power Plant Design”, The 7th International Conference on Sustainable Energy and Green Architecture, Bangkok, May 21-22, 2018 [16] USAID., Panduan Studi Kelayakan Pembangki Listrik Tenaga Surya PLTS Terpusat. 2018 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Imad IbrikThe objective of this paper is to study the impact of using micro-grid solar photovoltaic PV systems in rural areas in the West Bank, Palestine. These systems may have the potential to provide rural electrification and encourage rural development, as PV panels are now becoming more financially attractive due to their falling costs. The implementation of solar PV systems in such areas improves social and communal services, water supply and agriculture, as well as other productive activities. It may also convert these communities into more environmentally sustainable ones. The present paper details two case studies from Palestine and shows the inter-relation between energy, water and food in rural areas to demonstrate how the availability of sustainable energy can ensure water availability, improve agricultural productivity and increase food security. Further, the paper attempts to evaluate the technical and economic impacts of the application of nexus approaches to Palestine’s rural areas. The results of this study are for a real implemented project and predict the long-term success of small, sustainable energy projects in developing rural areas in Palestine. Ramadoni SyahputraIndah SoesantiThis paper proposes the planning of hybrid micro-hydro and solar photovoltaic system for rural areas of Central Java, Indonesia. The Indonesian government has paid great attention to the development of renewable energy sources, especially solar and hydropower. One area that has a high potential for both types of energy is the province of Central Java, located on the island of Java, Indonesia. In this research, we conduct field research to determine the ideal capacity of solar and micro-hydro hybrid power plants, electricity load analysis, and optimal design of hybrid power plants. Data on the potential of micro-hydro plants are obtained by direct measurement on the Ancol Bligo irrigation channel located in Bligo village, Ngluwar district, Magelang regency, Central Java province, Indonesia. Data on solar power potential were obtained from NASA’s database for solar radiation in the Central Java region. Hydropower potential data include channel length, debit, heads, and power potential in irrigation channels originating from rivers. These data are used to design an optimal hybrid power plant. The method used to obtain the optimal design of a hybrid power plant system is based on the analysis of capital costs, grid sales, cost of energy, and net present cost. Based on the parameters of the analysis, the composition of the optimal generator for the on-grid scheme to the distribution network can be determined. The results showed that hybrid power plants were able to meet the needs of electrical energy in the villages around the power plant and that the excess energy could be sold to national electricity providers. Aung Ze YaAye Aye MuIn this work, a small village with a population of 500 and 100 households with a small clinic and a library are electrified by using solar PV system. Since it is a community it may have different usage of electricity according to their function. But load is limited to lighting and using household appliance such as TVs and a refrigerator for a clinic. Different usage time and frequency, day load and night load are carefully considered and calculated. Tip-to toe experience during designing stages and components selection are requirement of ice as medium fish cooling in PP Sadeng has not been fulfilled. This causes deterioration of fish quality when received by the consumers. The self production of ice blocks using ice maker machine has not solved this problem due to the highly operating costs, especially fuel. Photovoltaic PV systems are expected to overcome this problem. PV systems have high potential, since it is clean, environment-friendly, secure, and renewable. This paper explains the stages of PV system design, including PV module size, battery, solar charge controller, inverter, and also economic feasibility analysis. The results show that energy requirement of ice maker machines is 19, watts. The PV system consists of 40 units of 260 wp PV module, 82 units of battery 12V 100AH, 11 units of solar charge controller 40 A type MPPT, and 20 units of inverter DC-AC pure sine wave 1,200 W. Economic analysis shows that the life cycle cost LCC PV system designed is Rp513,704,165 for 25 years and levelized cost of energy LCOE of PV system is Rp1,401 per Island is a famous island that has the highest oxygen content in the world, and very beautiful sea, but the location is far from PLN / elctictric grid system. It is necessary to develop environmentally friendly alternative energy. One of alternative energy offered is solar energy. Solar energy is energy that’s form of light and heat from the sun. This energy can be utilized using a range of technologies such as solar heating, solar photovoltaic, solar thermal power, solar architecture, and artificial photosynthesis. Based on the calculation is known that the electrical energy demand for Giliiyang Island is around 1984 kWh. The design of two off-grid solar power systems which each capacity about 1 MWp will require 3000 m2 of land with 780 solar panels that have an intensity of 800 W / m2. Deep cycle battery with 24 V DC 200 AH as storage media required about 504 Alvin RidhoBambang Winardi Agung NugrohoIndonesia merupakan negara yang secara geografis terletak tepat berada di garis khatulistiwa dan memberikan beragam keuntungan serta potensi besar dalam hal pemanfaatan energi matahari. Hal ini dikarenakan besarnya radiasi matahari bergantung pada letak garis lintang, kondisi atmosfer, dan posisi matahari terhadap garis khatulistiwa. Indonesia mempunyai tingkat radiasi rata-rata yang relatif tinggi yaitu sebesar 4,80 kWh/m2/hari. Hal ini adalah merupakan sebuah keuntungan besar bagi Indonesia dalam hal pemanfaatan dan pembangkitan energi matahari menjadi energi listrik PLTS. Departemen Teknik Elektro Universitas Diponegoro, sebagai salah satu jurusan dan program studi terbaik di Indonesia memiliki sebuah sarana parkir sepeda motor yang belum teroptimalkan dengan baik. Dengan tingkat radiasi matahari yang cukup tinggi tiap harinya, departemen yang terletak di Tembalang, Semarang, Jawa Tengah ini dapat memanfaatkan sarana parkir sepeda motornya menjadi sebuah siteplan PLTS yang cukup besar. Melalui software PVSyst potensi dan kinerja dari perencanaan PLTS di Departemen Teknik Elektro Universitas Diponegoro ini diperkirakan memiliki potensi 272,8 MWh tiap tahunnya. Dengan sistem PLTS yang terhubung jaringan OnGrid, PLTS ini memiliki rasio penghematan energi listrik guna penggunaan sendiri dan penjualan kembali menuju jala-jala PLN Grid yang cukup besar pula, yaitu 197,67 MWh dan 75,11 MWh tiap Roche Richard BlanchardOne of the biggest challenges in the developing world is the provision of affordable and reliable electricity access to rural and marginalized people where grid extension is prohibitively expensive. Many off-grid schemes to date have focused on household lighting with mixed success. Some of the greatest difficulties have been around affordability and sustainability of the service provided, with systems being abandoned or removed due to broken equipment or inability of the user to continue paying for the service. It has been reported that key to the success of the best programs has been the means to improve the economic prospects of the users. In this paper the design of a solar energy centre for a rural village in Kenya, that enables income-generating activities for the community in addition to basic lighting and mobile phone charging provision, will be reported. We have found that it is possible to use the energy centre model to provide power for activities that could offer a source of income for the community, at an affordable cost with equipment available in Kenya today. It is believed that this will allow the community to develop economically and therefore ensure the sustainability of the off-grid power Sistem Pembangkit Listrik Hibrida Tenaga SuryaL SinagaHermawanA NugrohoSinaga L., Hermawan, & Nugroho A., "Optimasi Sistem Pembangkit Listrik Hibrida Tenaga Surya, Angin, Biomassa, Dan Diesel Di Pulau Nyamuk Karimunjawa Jawa Tengah Dengan Menggunakan Perangkat Lunak Homer", Transient, No. 4, Desember 2015Solar Power System Physics And TechnologiesPeter GevorkianGevorkian, Peter.,"Solar Power System Physics And Technologies", Alternative Energy Systems in Building Design, The McGraw Hill Companies, Bintan Pesisir Dalam AngkaBPS, 2019., Kecamatan Bintan Pesisir Dalam Angka 2019, Biro Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2019. Tenaga surya memimpin pasokan EBT dengan potensi sebesar 207,8 GW. Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau disingkat PLTS menjadi sumber energi yang menjanjikan pada abad ke-21. PLTS adalah suatu pembangkit listrik yang bersumber dari sinar matahari melalui sel surya untuk mengkonversikan radiasi sinar foton matahari menjadi energi listrik. Sel Surya yang mendapat penyinaran sinar matahari merupakan salah satu sumber energi yang sangat menjanjikan Naim, 2017. PLTS menjadi primadona dalam mendukung tercapainya target bauran EBT 23% di 2025. Indonesia adalah negara dengan serapan tenaga surya terbesar di ASEAN, karena matahari ada setiap hari sepanjang tahun. Berdasarkan SNI 83952017, PLTS adalah sistem pembangkit listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari, melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem fotovoltaik mengkonversi radiasi sinar matahari menjadi energi listrik . Semakin tinggi intensitas radiasi iradiasi matahari yang mengenai sel fotovoltaik, semakin tinggi daya listrik yang dihasilkannya. Dengan kondisi geografi Indonesia yang strategis yaitu terletak di daerah tropis dan berada di garis khatulistiwa, PLTS menjadi salah satu teknologi penyediaan tenaga listrik yang potensial untuk diaplikasikan. PLTS dapat diaplikasikan melalui berbagai bentuk instalasi, dengan konfigurasi sistem terpusat ataupun tersebar, dimana masing-masing aplikasi tersebut dapat bersifat on grid maupun off-grid. PLTS off-grid sering disebut sistem PLTS berdiri sendiri stand-alone, beroperasi secara independen tanpa terhubung dengan jaringan PLN. Sistem ini membutuhkan baterai untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan di siang hari untuk memenuhi kebutuhan listrik di malam hari. Dalam sistem off-grid, panel surya memasok listrik DC ke baterai, dan inverter mengubah energi baterai yang tersimpan menjadi listrik AC sesuai permintaan. Baterai memungkinkan sistem untuk memberikan daya saat matahari tidak bersinar. PLTS Off Grid merupakan alternatif solusi masalah listrik untuk daerah-daerah terpencil atau daerah-daerah pedesaan yang tidak terjangkau jaringan listrik PLN Naim, 2017. Iklan Sistem PLTS off grid terdiri dari komponen utama yaitu modul surya, dan Balance of System BOS yang terdiri atas solar charge controller, inverter, baterai, dan beberapa komponen pendukung lainnya Arriaga et al.,2021. Modul Surya Teknologi modul PV terbagi dalam tiga kategori yaitu Crystalline Silicon, Thin Film, Emerging and Novel. Dalam memilih teknologi modul surya yang terbaik harus memperhatikan beberapa faktor seperti efisiensi, harga, ketersediaan di pasar, jaminan kinerja, bentuk dan penampilan, dan respons terhadap kondisi iklim. Crystalline Silicon terdiri atas 2 macam yaitu Monocrystalline dengan efisiensi modul sebesar 13-19% dan Polycrystalline dengan efisiensi modul sebesar 11-15%. Jika dibandingkan dari segi harga, Monocrystallinelah yang paling mahal namun memiliki efisiensi yang lebih besar. Jenis modul PV yang kedua adalah Thin Film. Thin Film memiliki beberapa kelebihan yaitu harga lebih murah jika dibandingkan dengan Crystalline Silicon, memiliki sifat yang fleksibel dan tidak kaku sehingga mudah dibentuk, lebih ringan sehingga lebih cocok untuk dipasang pada atap rumah, dan memiliki kinerja yang baik pada iklim yang panas karena memiliki koefisien suhu yang relatif rendah sekitar 0,2% per derajat. Thin Film memiliki beberapa macam jenis yaitu Amorphous silicon dengan efisiensi 4-8%, Amorphous and micromorph silicon multijunctions dengan efisiensi 7-9%, Cadmium-telluride dengan efisiensi 10-11%, dan Copper-indium-[gallium]-[di]selenide- [di]sulphide dengan efisiensi 7-12%. Jenis modul PV yang ketiga yaitu Concentrating photovoltaics dengan efisiensi sel sebesar 30-38%. Solar Charge Controller Solar charge controller SCC atau juga dikenal sebagai battery charge regulator BCR adalah komponen PLTS yang berfungsi untuk mengatur pengisian baterai lebih optimal. Perangkat ini beroperasi dengan cara mengatur tegangan dan arus pengisian berdasarkan daya yang tersedia dari larik modul fotovoltaik dan status pengisian baterai SoC, state of charge. Dalam memilih SSC harus mempertimbangkan beberapa hal seperti konfigurasi larik modul fotovoltaik, sistem tegangan yang dipakai, dan karakteristik baterai. SSC yang ideal yaitu tegangan dan arus masukan input maksimum SCC harus lebih tinggi dari tegangan dan arus maksimum larik modul fotovoltaik yang terhubung pada kondisi apapun, Efisiensi yang tinggi ≄ 98% pada tegangan sistem dan dilengkapi dengan MPPT, dan Sesuai dengan teknologi baterai yang terpasang. Inverter Inverter berfungsi untuk mengkonversi arus DC ke AC. Sebuah inverter surya, secara teknis disebut unit pengkondisi energi, mengubah listrik DC dari susunan PV surya menjadi listrik AC, sambil memaksimalkan keluaran daya. Terdapat 3 jenis inverter yaitu micro inverter, string inverter, central inverter. Micro inverter mengubah listrik dari satu panel. String inverter mengubah listrik dari modul string tunggal string adalah satu set modul yang dihubungkanseri; dan central inverter mengubah listrik dari beberapa string yang disambungkan secara paralel satu sama lain. Dari segi harga micro inverter lebih mahal dari inverter sentral atau string namun kinerjanya lebih baik daripada inverter sentral, terutama dalam kondisi teduh. kinerja micro inverter lebih tinggi 20% dalam kondisi tanpa bayangan dan lebih dari 27% dalam kondisi teduh Lee 2011. Inverter sentral adalah yang paling umum digunakan, terutama untuk pembangkit skala menengah dan besar. Dalam memilih jenis inverter, yang pertama menjadi pilihan adalah yang lebih baik untuk atap yang sebagian memiliki banyangan selama sebagian hari, atau untuk susunan yang berisi modul dengan spesifikasi atau orientasi yang berbeda. Ini karena inverter mampu melacak dan memaksimalkan output daya untuk setiap modul atau string, bukan untuk array secara keseluruhan IFC 2012. Baterai Dalam PLTS off grid baterai berfungsi untuk menyimpan pasokan listrik DC yang dihasilkan panel surya. Baterai memungkinkan sistem untuk memberikan daya saat matahari tidak bersinar. Dalam pasaran terdapat 2 macam baterai yaitu baterai berbasis lead acid dan lithium. Baterai lead acid banyak digunakan pada kendaraan, penerangan, sistem UPS, dan aplikasi penyimpanan energi, sedangkan baterai lithium digunakan pada telepon, laptop, kendaraan listrik, dan baru-baru ini pada sistem energi surya. Baterai lead acid lebih berat jika dibandingakn dengan baterai lithium sehingga memerlukan perawatan regular dan memperpendek umur baterai. Dari segi dampak ke lingkungan, baterai lead acid memiliki dampak lingkungan yang lebih besar karena memerlukan lebih banyak bahan baku pembuatan baterai jika dibandingkan dengan baterai lithium. Dari segi biaya install, baterai lithium lebih murah dibandingkan baterai lead acid karena baterai lithium lebih ringan sehingga lebih mudah untuk diinstall dan menurunkan 80% biaya install. Ikuti tulisan menarik Umi Widi Astuti lainnya di sini. Sumber Listrik Tenaga Surya PLTS adalah salah satu Energi Baru Terbarukan yang sedang dikembangkan di Indonesia. PLTS banyak dipasang di industri dan juga rumah tangga. Alasan pemasangan PLTS di industri dan rumah tangga adalah karena untuk mengurangi tagihan listrik dari PLN dan juga untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu PLTS juga dipasang di daerah terpencil atau daerah yang belum teraliri listrik salah satu pilihan utama untuk mempercepat transisi energi di Indonesia. karena PLTS mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM tahun 2019 potensi PLTS di Indonesia sebesar 207,8 Giga Watt dan baru dimanfaatkan kurang lebih sebesar 80, sistemnya PLTS dibagi menjadi 3 bagian, yaitu PLTS on grid, off grid, dan hybrid. PLTS on grid adalah PLTS yang dipasang di rumah yang sudah dialiri jaringan listrik PLN. Sedangkan PLTS off grid adalah sistem PLTS yang berdiri sendiri independen dan menggunakan baterai untuk menyimpan daya listriknya disiang hari. Untuk PLTS hybrid adalah PLTS yang menggabungkan dua sumber energi listrik, contohnya menggabungkan PLTS dan off grid mempunyai komponen yang lebih banyak dibandingkan dengan PLTS on grid, salah satu pembedanya terletak di baterai. PLTS off grid menggunakan baterai, sedangkan PLTS on grid tidak menggunakan baterai. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang komponen penyusun PLTS off grid simak pembahasan berikut komponen penyusun PLTS off grid adalah sebagai berikutPLTS mempunyai banyak sekali komponen dan mempunyai fungsi masing-masing. salah satu komponen penting dalam PLTS adalah panel surya. Panel surya adalah suatu alat yang akan mengubah energi matahari ke energi listrik melalui prinsip kerja efek photovoltaic PV.Pada umunya panel surya terbuat dari jenis material crystalline dan thin film. Untuk jenis crystalline terdiri dari 2 tipe yaitu tipe Mono crystalline dan juga Polycrystalline. Sedangkan untuk film thin terdiri dari beberapa tipe yaitu Amorphous Silicon, Cadmium Telluride, dan Organic Photovoltaic. Besarnya pangsa pasar dan teknologi crystalline silicon menjadikan teknologi ini masih sangat menarik untuk pangsa pasar dan teknologi crystalline silicon menjadikan teknologi ini masih sangat menarik untuk dikembangkan. Di Indonesia sendiri, banyak sekali industri atau rumah tangga yang menggunakan panel surya tipe Mono crystalline dan juga Polycrystalline. Adapun perbedaan yang paling mencolok pada kedua tipe modul surya ini adalah terdapat pada jumlah silicon dan warnanya. tipe Mono crystalline mempunyai silicon tunggal dengan warna hitam, sedangan tipe polycrystalline mempunyai silicon campuran dan berwarna Solar Charge Controller Solar Charge Controller adalah peralatan elektronik yang berfungsi untuk mengatur arus listrik ke baterai baterai. Solar Charge Controller ini juga berfungsi untuk mencegah kelebihan pengisian pada baterai yang sudah penuh. Dengan adanya Solar Charge Controller ini diharapkan dapat memperpanjang umur baterai yang digunakan. Selain itu juga Solar Charge Controller ini berfungsi untuk mengukur dan memonitor tegangan, arus, dan energi yang ditangkap modul surya dang mengirimkannya ke memilih Solar Charge Controller harus juga diperhatikan spesifikasi yang ideal. Spesifikasi yang idealnya adalah input arus dan tegangan maksimum Solar Charge Controller harus lebih tinggi dari arus dan tegangan maksimum modul suryanya yang terhubung pada kondisi merupakan salah satu komponen terpenting juga dalam PLTS off grid. Karena PLTS off grid ini tidak terhubung ke PLN, maka baterai lah yang akan digunakan untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan modul surya disiang hari. Baterai yang umum digunakan pada sistem PLTS off grid adalah baterai lead acid. Baterai lead acid banyak digunakan karena baterai tersebut tahan lama, mudah dalam penggunaannya, lebih aman, dan harganya relatif lebih murah dari pada baterai yang lainya. Untuk memilih spesifikasi baterai biasanya ditentukan oleh tegangan dan kapasitas nominalnya. Tegangan nominal pada dasarnya adalah tegangan titik tengah baterai atau tegangan yang diukur saat baterai memiliki status pengisian sebesar 50%. Sedangkan kapasitasnya adalah jumlah arus yang dapat disediakan baterai untuk waktu tertentu Ah. Kapasitas nominal biasanya diukur dengan pemakaian baterai dalam 10 jam dengan pemakaian arus 1/10 dari kapasitas bateraiInverter adalah komponen elektronik yang akan mengubah arus listrik DC ke arus listrik AC. Sebelum listrik digunakan untuk menghidupkan peralatan elektronik yang ada di rumah, listrik arus diubah terlebih dahulu dengan bantuan inverter ini. Selain itu, inverter juga berfungsi untuk melindungi baterai dari pengisian yang berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya pengurangan arus pengisian ketika baterai sudah komponen utama diatas juga ada komponen pendukung dari sistem PLTS off grid. Komponen pendukungnya antara lain kotak penggabung, kabel - kabel, panel distribusi DC dan AC, rumah pembangkit, penangkal petir, kotak pembumian dan dengan artikel ini dapat membantu pembaca untuk mengetahui apa saja sih komponen sistem PLTS off grid ini, dan diharapkan nantinya generasi muda juga akan terus berkontribusi untuk melakukan percepatan transisi energi melalui Energi Baru Terbarukan.

prinsip kerja plts off grid